Batas sebuah Keta’atan (Belajar keta’atan dari seekor singa)
Di sebuah padang pasir di kawasan afrika, hidup satu kawanan
singa yang dipimpin oleh seekor singa jantan dewasa yang gagah perkasa, yang
mempimpin lima belas ekor singa betina, dan 10 ekor singa yang masih belia
dengan usia dua sampai empat tahun setelah kelahirannya.
Setiap sore biasanya kawanan singa berburu mangsa secara
berkelompok di daerah kekuasaanya yang mencapai 400 Km2. Meski singa
jantan adalah pemimpinnya, sangat jarang singa jantan ikut serta dalam
perburuan kelompoknya, hanya singa-singa betina yang biasanya turun untuk
berburu mangsa.
Saat singa-singa betina berburu mangsa, singa jantan lebih
banyak menghabiskan waktunya menjaga daerah kekuasaannya dari singa jantan dari
kawanan sebelah yang mencoba merebut daerah kekuasaannya. Tugas lain yang juga menjadi
tanggung jawabnya adalah mendidik singa-singa jantan muda yang lainnya agar
kelak dapat menjadi singa jantan yang hebat dan bertanggung jawab.
Bukan karena singa jantan takut dan tak memiliki keahlian.
Tapi fisiknya yang sangat besar, membuatnya mudah terlihat ketika mengintai
mangsa. Selain itu, dari segi kelincahan dan kecepatan, singa jantan jauh lebih
lambat dibandingkan singa betina, singa betina mampu berlari dengan kecepatan
mencapai 81 Km/Jam, sedangkan singa jantan hanya mampu berlari dengan kecepatan
mencapai 58 Km/Jam. Hal itu disebabkan oleh jantung yang dimiliki singa jantan
hanya sebesar 0,41% dari berat tubuhnya, sedangkan singa betina memiliki berat
jantung 0,51% dari berat tubuhnya, sehingga mempengaruhi kecepatan dan
kelincahannya.
Di suatu sore hari yang cerah dan menyejukkan, singa-singa
betina sedang bersiap untuk melakukan aktifitas rutinnya berburu mangsa. Setelah
singa-singa betina pergi untuk berburu, singa jantan melakukan tugasnya
mendidik singa-singa jantan yang masih muda.
Mereka berkumpul membentuk lingkaran di bawah pohon rindang.
Terlihat antusias dan semangat singa-singa jantan muda yang tak sabar mendapatkan
pelajaran yang akan dipelajarinya hari itu.
“wahai singa muda yang gagah perkasa, Hari ini kita akan
belajar tentang arti sebuah keta’atan. Aku akan memberikan pelajaran sejauh
mana batas keta’atan itu harus dilakukan” Jelas singa jantan dewasa memulai
pelajarannya.
“Sebelum kita memulai pelajarannya, ada dua syarat yang
harus kalian patuhi. Pertama, jangan bertanya tentang alasan kenapa Aku meminta
kalian melakukan sesuatu. Kedua, Lakukan apa yang aku perintahkan secara
totalitas, dengan seluruh daya dan upaya yang kalian miliki, dalam keadaan
senang atau tidak, mudah atau sulit, kalian harus melakukannya.” Syarat dari
singa jantan dewasa.
Pelajaran dimulai.
Diajaknya berkeliling singa-singa jantan muda itu mengitari
daerah kekuasaanya oleh singa jantan dewasa.
Terlihat tiga ekor anak singa yang berusia sekitar tiga
bulan yang berasal kawanan lain memasuki daerah kekuasaan mereka. Sepertinya
mereka terpisah dan tersesat dari kawanannya.
Melihat hal itu, singa jantan memberikan pelajaran pertama
kepada singa-singa jantan muda.
“Tangkap dan bunuh anak-anak singa itu ! Jangan sisakan
satupun yang hidup diantara mereka” Perintah singa jantan dewasa.
Dengan sigap kesepuluh singa-singa jantan muda berlari
mengejar anak-anak singa yang masuk ke daerah kekuasaan mereka. Ketiga anak
singa yang malang itu lari ketakutan menghindari sekuat tenaga dari kejaran
singa-singa jantan muda. Kalah fisik dan kalah cepat, akhirnya ketiga anak
singa itu dapat ditangkap tanpa perlawanan berarti.
Singa-singa jantan muda bersiap menuntaskan tugas yang
diperintahkan kepada mereka, dicengkram leher ketiga anak singa itu, taring
yang tajam siap menyobek leher dan memutus urat leher ketiga anak singa yang malang
itu.
“Tunggu ! Cukup ! Lepaskan ketiga anak singa itu ! kembalikan
mereka kepada kawanan mereka !” Perintah singa jantan dewasa setengah berteriak.
Mendapatkan perintah seperti itu membuat singa-singa muda itu
kebingungan.
“Wahai guru, bukannya engkau yang menyuruh kami menangkap
dan membunuh mereka? Kenapa tiba-tiba Engkau berubah fikiran untuk melepaskan
mereka bahkan mengembalikan mereka kepada kawanannya?” Tanya salah satu singa
muda mencoba mendapatkan penjelasan.
“Wahai muridku, sudahkah kau lupa dengan kedua syarat yang
aku sampaikan sebelum kita memulai pelajaran hari ini?” Jawab singa jantan
dewasa.
Teringat akan syarat bahwa tidak boleh ada yang bertanya
tentang apapun yang diperintahkan sang guru, sampai beliau sendiri yang
menjelaskannya, akhirnya singa jantan muda ini meminta maaf dan siap menerima hukumannya.
“iya guru… maaf aku melanggar syarat itu… silahkan kau
jatuhkan sanksi kepadaku asal kau mengijinkanku kembali ikut serta dalam
pelajaranmu hari ini” Pinta salah satu singa jantan muda.
Gurunya pun mengizinkannya dengan memberikan hukuman kepada
singa jantan muda untuk mengantarkan seorang diri ketiga anak singa itu ke
kawanannya.
Sekembalinya salah satu singa jantan muda itu dari mengantar
ketiga anak singa yang tersesat, guru melanjutkan pelajarannya.
“Perlu kalian ketahui wahai muridku, Setiap kawanan singa
pada umumnya memiliki daerah kekuasaan sekitar 200-400 KM2.
Sedangkan kawanan kita memiliki daerah kekuasaan mencapai 400 Km2.
Seorang pejantan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keamanan dan
keselamatan kawanan dan kekuasaannya dari singa-singa lain yang mencoba
merebutnya. Untuk itu, seorang singa jantan harus memiliki fisik yang kuat.”
Jelas singa jantan dewasa memulai pelajarannya yang kedua.
“Kita akan berlatih fisik sekarang, ikutilah aku
mengelilingi daerah kekuasaan kita, jangan berhenti kecuali aku perintahkan
untuk berhenti, jika aku berjalan kalian ikut berjalan, jika aku berlari maka
kalian harus berlari di belakangku” Perintah singa jantan dewasa.
Singa-singa jantan muda mengikuti tanpa bantahan sedikitpun.
Mereka mulai dengan mengitari sambil berjalan seluruh daerah
kekuasaan mereka, tak tampak ada kelelahan berarti setelah mereka mengitari
satu putaran penuh daerah kekuasan
mereka.
Selanjutnya singa dewasa mempercepat jalannya dua kali lipat dari sebelumnya. Satu putaran penuh daerah kekuasaan pun ditempuh. Mulai berasa terengah-engah dengan mulut yang menganga pada mereka.
Diputaran ketiga singa jantan dewasa tiba-tiba berlari.
Singa-singa jantan muda yang ada di belakangnya ikut berlari mengejarnya. Baru
seperempat putaran, para singa jantan muda tampak kewalahan. Nafas sesak
dirasa. Hingga pada akhirnya satu persatu singa-singa jantan muda itu berhenti
mengikuti singan jantan dewasa yang masih terus berlari mengelilingi daerah
kawasan.
Satu putaran penuh daerah kekuasaan dilewati singa jantan
dewasa dengan berlari tanpa berhenti sedetikpun. Di putaran keempat tampak
sudah kepayahan singa jantan dewasa itu. Tapi ia masih tetap berdiri tegak
mencoba untuk bertahan. Di perempat putaran keempat tampak singa jantan dewasa
menyeret kaki dan tubuhnya untuk terus melangkah kedepan. Hingga pada akhirnya
singa jantan itu ambruk dan kemudian pingsan.
Beberapa menit kemudian singa jantan dewasa itu tersadar.
Setelah tersadar dan dilihat keadaan singa jantan dewasa sudah pulih, singa-singa
jantan muda yang daritadi menunggu kepulihannya pun bertanya kepadanya.
“ Wahai guruku… Sebenarnya apa yang hendak kamu ajari kepada
kami sehingga engkau rela melakukan hal yang memberatkan dan menyiksamu?” Tanya
murid-muridnya dengan nada keheranan
“Wahai murid-muridku yang aku banggakan. Sesungguhnya tanda
baiknya seseorang adalah dilihat dari keta’atannya kepada orang yang
memimpinnya. Ia menyambut panggilannya, meski ia suka ataupun tidak, mudah atau
sulit, senang atau menderita. Tak kan pernah terlahir seorang pemimpin yang
baik, jika tak ada keta’atan kepada pemimpinnya ketika ia menjadi seorang
pasukan. Kalian adalah calon-calon pemimpin yang akan meneruskanku, oleh sebab
itu aku meminta kalian untuk menta’ati apapun yang aku perintahkan kepada
kalian. Sehingga kelak ketika kalian menjadi pemimpin, menjadi pemimpin yang
baik, kalian akan bijaksana dalam memberikan perintah kepada siapa saja yang
mengikuti kalian”
“ Ketika aku minta kalian menangkap dan membunuh ketiga anak
singa itu, kemudian malah aku perintahkan untuk melepaskan dan
mengembalikannya, sehingga membuat kalian bingung. Muridku, sesungguhnya tak
ada sedikitpun keta’atan dalam rangka bermaksiat kepada Allah dan berlaku zalim
kepada yang lain. Aku harapkan kelak kalian menjadi pemimpin yang memiliki
hati, yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang salah dan
benar. Sehingga apa yang kalian perintahkan adalah perintah yang benar dan baik,
yang tak menjerumuskan kepada kemaksiatan dan kezaliman”
“Yang ketiga, yaitu ketika aku meminta kalian mengikutiku
sampai aku perintahkan untuk berhenti.. Maksudnya adalah agar kelak kalian
memiliki totalitas dalam keta’atan dalam kebaikan. Tidak berhenti ketika kalian
lelah, tidak berhenti ketika kalian terpuruk, tidak berhenti ketika kalian
sakit, dan tidak berhenti ketika beratnya perintah yang diberikan. Buatlah
kelelahan itu lelah mengikuti kalian, buatlah keterpurukan itu terpuruk
menghadapi kalian, buatlah rasa sakit itu menjadi sebuah kebahagiaan, buatlah
beratnya beban itu hancur lebur dengan kerasnya tekad perjuangan. Tak ada yang
dapat menghentikan kalian. Kecuali kesadaran hilang dari fikiran, fisik sudah
tak dapat digerakan, dan ruh pergi meninggalkan. Itulah batas sebuah keta’atan”
Tutup singa jantan dewasa mengakhiri pelajaran hari itu.