Terbaru

Taksonomi Bloom Dalam Pembelajaran






Kajian Teori Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian- sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.[1]

I.        Ranah KOGNITIF
A.    Kognitif Bloom[2]
Kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Klasifikasi kognitif meliputi pengembangan keterampilan intelektual dengan tingkatan-tingkatan yaitu:
a)      Pengetahuan (Knowledge/C1)
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari (Recall data or information). Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu, mendefinisikan; menguraikan; menyebut satu per satu; mengidentifikasi; memberikan nama; mendaftar; mencocokan; membaca; mencatat; mereproduksi; memilih; menetapkan; menggambarkan (defines; describes; enumerates; identifies; labels; lists; matches; names; reads; records; reproduces; selects; states; views).
b)      Pemahaman (Comprehension/C2)
Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.
c)       Penerapan (Application /C3)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Kemampuan yang diperoleh meliputi kemampuan untuk menerapkan prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajarinya dalam situasi baru. Kata kerja yang digunakan yaitu, mempraktikan; mengurus; mengartikulasikan; menilai; memetakan; mengumpulkan; menghitung; membangun; menyokong; mengontrol; menentukan; berkembang; menemukan; menetapkan; menyampaikan; melaksanakan; memasukan; menginformasikan; menginstruksikan; menerapkan; mengambil bagian; meramalkan; mempersiapkan; memelihara; menghasilkan; memproyeksikan; menyediakan; menghubungkan; melaporkan; mempertunjukan; memecahkan; mengajar; memindahkan; menggunakan; memanfaatkan (acts; administers; articulates; assesses; charts; collects; computes; constructs; contributes; controls; determines; develops; discovers; establishes; extends; implements; includes; informs; instructs; operationalizes; participates; predicts; prepares; preserves; produces; projects; provides; relates; reports; shows; solves; teaches; transfers; uses; utilizes).
d)       Analisis (Analisys /C4)
Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep kedalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seorang siswa dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubungan-hubungan bagian-bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklasifikasikan (breaks down; correlates; diagrams; differentiates; discriminates; distinguishes; focuses; illustrates; infers; limits; outlines; points out; prioritizes; recognizes; separates; subdivides).
e)       Sintesis (Synthesis /C5)
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan baian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. kemampaun sintesis merupakan kemampaun menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu sama lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam suatu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu, menghasilkan; merumuskan; mengorganisasikan (categorize; combine; compiles; composes; creates; devises; designs; explains; generates; modifies; organizes; plans; rearranges; reconstructs; relates; reorganizes; revises; rewrites; summarizes; tells; writes).

f)        Evaluasi (Evaluation /C6)
Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan lainya. Evalusi adalah kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, menafsir, memutuskan (appraises, compares, concludes, contrasts, criticizes, critiques, defends, describes, discriminates, evaluates, explains, interprets, justifies, relates, summarizes, supports).

B.      Revisi taksonomi Bloom[3]
taksonomi tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom, Engelhart, Furst, Hill dan Krathwohl (1956) dalam bukunya “The Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain” . Selama hampir setengah abad buku itu banyak menjadi rujukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun ide-ide dalam buku tersebut masih sangat bermanfaat, namun dinilai perlu adanya revisi untuk lebih bisa mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itulah diterbitkan edisi revisi buku tersebut yang berjudul “A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” (Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, dan Wittrock, 2001). Tulisan ini menyajikan pemanfaatan taksonomi yang baru ini dalam pengembangan soal untuk setiap jenjang. Pembaca yang tertarik untuk mengetahui perbedaan antara taksonomi yang lama dengan taksonomi yang baru dan penjelasan lebih rinci tentang taksonomi yang baru dan pemanfaatan dalam perumusan tujuan pembelajaran dapat membaca tulisan penulis sebelumnya[4]
Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. [5]



a)      Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
                    i.            Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru. Bentuk tes yang meminta siswa menentukan betul atau salah, menjodohkan, dan pilihan berganda merupakan tes yang sesuai untuk mengukur kemampuan mengenali. Istilah lain untuk mengenali adalah mengidentifikasi (identifying).
b)      Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk melakukan hal tersebut. Tanda di sini seringkali berupa pertanyaan. Istilah lain untuk mengingat adalah menarik (retrieving)

c)       Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining)

                    i.      Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. Informasi yang disajikan dalam tes haruslah “baru” sehingga dengan mengingat saja siswa tidak akan bisa menjawab soal yang diberikan. Istilah lain untuk menafsirkan adalah mengklarifikasi (clarifying), memparafrase (paraphrasing), menerjemahkan (translating), dan menyajikan kembali (representing).
                  ii.      Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. Istilah lain untuk memberikan contoh adalah memberikan ilustrasi (illustrating) dan mencontohkan (instantiating).
                iii.      Mengkelasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Istilah lain untuk mengkelasifikasikan adalah mengkategorisasikan (categorising).
                iv.      Meringkas (summarising): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya. Istilah lain untuk meringkas adalah membuat generalisasi (generalising) dan mengabstraksi (abstracting).
                  v.      Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Untuk dapat melakukan inferensi siswa harus terlebih dapat menarik abstraksi suatu konsep/prinsip berdasarkan sejumlah contoh yang ada. Istilah lain untuk menarik inferensi adalah mengekstrapolasi (extrapolating), menginterpolasi (interpolating), memprediksi (predicting), dan menarik kesimpulan (concluding).
                vi.      Membandingkan      (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi. Membandingkan mencakup juga menemukan kaitan antara unsur-unsur satu objek atau keadaan dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain. Istilah lain untuk membandingkan adalah mengkontraskan (contrasting), mencocokkan (matching), dan memetakan (mapping).
              vii.      Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu system. Termasuk dalam menjelaskan adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi apabila salah satu bagian sistem tersebut diubah. Istilah lain untuk menjelaskan adalah mengkonstruksi model (constructing a model)

d)     Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
                    i.            Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah lain untuk menjalankan adalah melakukan (carrying out).
                  ii.            Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru. Karena diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki pemahaman tentang permasalahan yang akan dipecahkannya dan juga prosedur-prosedur yang mungkin digunakannya. Apabila prosedur yang tersedia ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk bisa memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi. Istilah lain untuk mengimplementasikan adalah menggunakan (using)

e)      Menganalisis (Analyzing): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur­unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
                    i.            Membedakan (differentiating): membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Oleh karena itu membedakan (differentiating) berbeda dari membandingkan (comparing). Membedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Misalnya, apabila seseorang diminta membedakan antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk dan ukuran bukanlah ciri yang esensial. Namun apabila yang
                  ii.            Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.
                iii.            Menemukan pesan tersirat (attributting): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.

f)       Mengevaluasi: membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).
                    i.            Memeriksa (Checking):   Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut).
                  ii.            Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.

g)      Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
                    i.            Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut.
                  ii.            Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah.
                iii.            Memproduksi (producing):          membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah.


II.    Ranah AFEKTIF
Keterampilan dalam domain afektif menggambarkan cara orang bereaksi secara emosional dan kemampuan mereka untuk merasakan sakit lain atau makhluk hidup sukacita. Tujuan Afektif biasanya target pertumbuhan kesadaran dan sikap, emosi, dan perasaan.      
Ranah sikap dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (1964). Dikemukakan ada lima klasifikasi ranah sikap, dan tiap klasifikasi dibagi lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih khusus. Kelima klasifikasi utama mereka adalah:
a)      Menerima
b)      Merespon
c)      Menghargai
d)     Mengorganisasi
e)      Bertindak konsisten

a)      Menerima
            Ranah ini berkaitan dengan keinginan siswa untuk terbuka (peka) pada perangsang atau pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya. Pada tingkat ini muncul keinginan menerima perangsang atau paling tidak menyadari bahwa perangsang itu ada.
b)     Merespon
            Pada tingkat ini muncul keinginan untuk melakukan tindakan sebagai respon pada perangsang. Tindakan-tindakan ini dapat disertai dengan perasaan puas dan nikmat.
c)      Menghargai
            Penyertaan rasa puas dan nikmat ketika melakukan respon pada perangsang, menyebabkan individu ingin secara konsisten menampilkan tindakan itu dalam situasi yang serupa. Pada tahap ini individu dikatakan menerima suatu nilai dan mengembangkannya serta ingin terlibat lebih jauh ke nilai itu.
d)     Mengorganisasi
            Individu yang sudah konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai. Pada suatu saat akan menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang bisa ditampilkan. Bila ini terjadi, maka individu akan mulai ingin menata nilai-nilai itu kedalam suatu system nilai, menentukan keterkaitan antar nilai dan menetapkan nilai mana yang paling dominan.
e)      Bertindak konsisten sesuai dengan nilai yang dimiliki
            Ini adalah tingkat tertinggi dari ranah sikap. Dimana individu akan berperilaku konsisten berdasarkan nilai yang di junjungnya.


III.             Ranah Psikomotorik
Keterampilan dalam domain psikomotor menggambarkan kemampuan untuk secara fisik memanipulasi alat atau instrumen. Tujuan Psikomotor biasanya fokus pada perubahan dan / atau pengembangan dalam perilaku dan / atau keterampilan. Berikut ranah psikomotorik yang disajikan oleh dave
A.    Meniru (imitation) : mengamati pola prilaku seseorang setelah orang tersebut melakukakn sesuatu, contoh : meniru cara seseorang bicara
B.     Manipulasi (manipulation) : Mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti petunjuk dan berlatih
C.     Ketelitian (precision) : memeriksa kembali, ketika ada ujian yang salah dalam menjawabnya
D.    Artikulasi (articulation) : keselara seluruh aksi dalam setiap penampilan
E.     Sesuai bakat dan keahlian (naturalization) : akan memberikan performa yang maksimal apabila kita melakukan sesuatu yang kita biasa dan ahli di dalamnya


 
A.    Keterampilan Domain Psikomotorik
Bloom dan rekan-rekannya pernah membuat subkategori untuk keterampilan dalam domain psikomotorik, tetapi sejak itu pendidik lainnya telah menciptakan sendiri taksonomi psikomotor Simpson (1972) antara kontributor lain, seperti Harrow (1972) dan Dave (1975). Menciptakan Taksonomi psikomotor yang membantu untuk menjelaskan perilaku peserta didik, yaitu:
a)       Persepsi: Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensorik untuk memandu aktivitas motorik. Hal ini berkisar dari rangsangan indra, melalui seleksi isyarat, untuk terjemahan. Contoh: Mendeteksi isyarat komunikasi non-verbal, Mengatur panas kompor untuk mengoreksi temperatur. Kata Kunci: memilih, melukiskan, mendeteksi, membedakan, mengidentifikasi,, berhubungan, memilih.

b)      Set Kesiapan untuk bertindak. Ini termasuk set mental, fisik, dan emosional. Ketiga set disposisi yang mentakdirkan tanggapan seseorang untuk situasi yang berbeda (pola pikir). Contoh: Tahu dan bertindak berdasarkan urutan langkah-langkah dalam proses manufaktur. Kenali kemampuan dan keterbatasan seseorang. Menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru (motivasi). CATATAN: Ini pembagian Psikomotor erat terkait dengan "Menanggapi fenomena" subdivisi dari domain terkendali. Kata Kunci: dimulai, menampilkan, menjelaskan, bergerak, hasil, bereaksi, menunjukkan, menyatakan, relawan.

c)      Dipandu Respon: tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang mencakup imitasi dan trial and error. Kecukupan kinerja dicapai dengan berlatih. Contoh: Melakukan suatu persamaan matematika seperti yang ditunjukkan. Mengikuti instruksi untuk membangun model. Kata kunci: jejak, mengikuti, bereaksi, mereproduksi, merespon

d)     Mekanisme: Ini adalah tahap peralihan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. tanggapan dipelajari telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan beberapa kepercayaan dan kemampuan. Contoh: Gunakan komputer pribadi. Memperbaiki keran bocor. Mengendarai mobil. Kata kunci: merakit, calibrates, konstruksi, membongkar, display, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, tindakan, mends, campuran, mengatur, sketsa.

e)      Respon terpola: pada tingkat ini, siswa telah mencapai tingkat keterampilan yang tinggi. Ia dapat menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu, dengan tingkat kecermatan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi. Kemahiran ditunjukkan dengan kinerja yang cepat, akurat, dan sangat terkoordinasi, membutuhkan minimal energi. Kategori ini melakukan tanpa ragu-ragu, dan kinerja otomatis. Sebagai contoh, pemain sering terdengar mengucapkan kepuasan atau expletives segera setelah mereka memukul bola tenis atau melempar bola, karena mereka bisa tahu dari nuansa tindakan apa yang akan dihasilkan. Contoh: Mengoperasikan komputer dengan cepat dan akurat. kompetensi Menampilkan saat bermain piano. Kata kunci: merakit, membangun, mengkalibrasi, konstruksi, membongkar, display, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, tindakan, mends, campuran, mengatur, sketsa.

f)       Adaptasi: Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan orang tersebut dapat memodifikasi pola pergerakan untuk memenuhi persyaratan khusus. Contoh: Respon efektif dengan pengalaman tak terduga. Memodifikasi instruksi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Lakukan tugas dengan mesin yang pada awalnya tidak dimaksudkan untuk melakukan (mesin tidak rusak dan tidak ada bahaya dalam melaksanakan tugas baru). Kata Kunci: menyesuaikan, mengubah, perubahan, menggarapnya, mereorganisasi, merevisi, bervariasi.

g)      Origination: Membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi tertentu atau masalah tertentu. Hasil pembelajaran menekankan kreativitas berdasarkan keterampilan sangat maju. Contoh: Membangun sebuah teori baru. Mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensif. Membuat rutinitas senam baru. Kata Kunci: mengatur, membangun, menggabungkan, composes, konstruksi, menciptakan, desain, memulai, membuat, berasal


DAFTAR PUSTAKA

Degeng. I Nyoman Sudana . Ilmu Pengajaran Taksonomi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989

Bloom, B.S., (Ed.). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. New York: Longman. 1956

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R.  A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New York: Longman. 2001

Widodo, A. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2). 2005

Krathwohl, D. R. A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4) . 2002

Sumber lain :
http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy




[1] I Nyoman Sudana Degeng. Ilmu Pengajaran Taksonomi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. halaman 176
[2] Bloom, B.S., (Ed.). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. New York: Longman. 1956

[3] Krathwohl, D. R. A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4) . 2002. Halaman 212-218
[4] Widodo, A. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2). 2005. Halaman 61-69

[5] Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R.  A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New York: Longman. 2001. Halaman 67-68
Comments
0 Comments
Facebook Comments by dhezun notes

0 komentar:

Postingan yang Lain