Gerakan Tarbiyah (Sejarah,Pemikiran dan Pergerakkannya)
Karya : Ade Zuniarsa Putra
Sahabat DN, Alhamdulillah saya berkesempatan kembali menyelesaikan karya saya yang satu ini, karya saya kali ini membahas tentang salah satu gerakan Islam yang fenomenal di Indonesia 20 tahun belakangan ini, yaitu gerakan tarbiyah. Tulisan ini akan mengkaji tentang sejarah gerakan tarbiyah, pemikiran hingga pergerakkannya. Selamat menyimak :)
a. Sejarah
Gerakan tarbiyah bermula dari gerakan dakwah yang
dikelola oleh mahasiswa di masjid salman ITB. Embrio kegiatan islam di ITB
sendiri dirintis oleh beberapa dosen yang berlatar belakang santri, seperti Ir.
T.M. Soelaiman, Prof. Drs. Ahmad sadali dan adiknya, Ir. Nukma. Kegiatan ini
pada awalnya berupa shalat jum’at, yang menempati ruang kerja seorang guru
besar.[1]
Shalat jum’at di kampus pada saat itu merupakan fenomena baru yang ternyata
menarik jama’ah yang dari waktu ke waktu semakin banyak jumlahnya. Shalat
jum’at kemudian dialihkan ke aula barat ITB karena tempat yang ada tidak dapat
menampung jama’ah yang semakin banyak. Kemudian dibuatlah gagasan untuk membuat
sebuah masjid. Rencana ini sendiri telah disusun sejak tahun 1960 yang kemudian
baru mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno pada tahun 1963. Maka pada
tahun 1972, masjid kampus pertama di Indonesia yang kemudian diberi nama Masjid
Salman secara resmi diresmikan penggunaannya.[2]
Pada perkembangannya, masjid salman ITB tidak hanya
digunakan untuk kegiatan shalat semata, tetapi juga sebagai sentral kegiatan
keislaman .[3]
Masjid salman ITB memiliki berbagai kegiatan yang secara umum kegiatan tersebut
terbagi menjadi dua; kegiatan yang ditujukan dalam rangka dakwah kepada
masyarakat yang lebih luas dan kegiatan
yang dimaksudkan untuk kaderisasi para aktivis dakwah. Kegiatan yang
pertama antara lain program peribadatan, bimbingan belajar dan kursus-kursus
bagi pemuda, pelajar dan mahasiswa, pembinaan anak-anak, kursus kesejahteraan
rumah tangga bagi kaum ibu, penyediaan dan pengiriman guru-guru agama-agama ke
rumah-rumah, program penerjemahan dan penerbitan buku-buku keagamaan, dan
lainnya.[4]
Sedangkan dalam rangka kaderisasi, model kegiatannya
berupa studi islam intensif (SII), Latihan Mujahid dakwah (LMD) dan training of
trainer (Pembinaan untuk Pembina). Pembinaan program SII dilakukan di dalam
kelompok-kelompok mentoring yang disebut usroh. Masing-masing kelompok
beranggotakan 10-20 peserta yang dibimbing oleh seorang mentor. Sebelum
mengikuti mentoring mereka sudah membaca buku-buku materi. Pembina, hanya
bertugas melakukan pendalaman materii dengan cara, pertama penjelasan umum
materi, kedua melakukan diskusi dan Tanya jawab terkait materi yang
disampaikan, ketiga memberi
ilustrasi-ilustrasi bagi penanaman sikap, dan keempat melakukan evaluasi atas
perkembangan peserta, baik penguasaan materi maupun perkembangan sikap-sikap
keislamannya. Pada akhir tiap mentoring dilakukan evaluasi akhir untuk menapaki
tingkat selanjutnya.[5]
Bentuk kedua dari pembinaan kader adalah Latihan
Mujahid Dakwah. Kegiatan LMD ini sebenarnya merupaka realisasi dari usaha DDII
untuk menjadikan masjid kampus sebagai sasaran dakwah. Pada tahun 1974 DDII
mengawali usaha yang lebih sistematis yang berbasis di kampus yang disebut Bina
Masjid Kampus yang memiliki produk terpentingnya adalah Latihan Muhahid Dakwah
yang berbasis di Masjid Salman ITB.[6]
Latihan ini merupakan bentuk kaderisasi inti yang diselenggarakan oleh
mahasiswa salman ITB yang diikuti oleh mahasiswa yang tidak hanya dari bandung,
tetapi juga dari kota-kota yang lain. Materi latihan tidak berbeda dengan yang
dikembangkan SII, namun waktu latihan diadakan secara terus menerus selama 1
sampai 2 minggu. Berbeda dengan SII yang sarat dengan peran mentor, pada
program ini metode yang digunakan lebih banyak berupa diskusi, Tanya jawab dan
pemecahan masalah.[7]
Sedangkan program TOT, dilakukan selama 3 sampai 4
hari yang berisi materi-materi yang berkaitan dengan kemampuan melatih,
membimbing dan mentoring. Karena itu, selain menyinggung soal materi keislaman
yang diperdalam, program ini juga ditekankan pada metode serta pendekatan
kegiatan mentoring serta melatih metal mentor sebelum menjalankan tugasnya.[8]
Manhaj (Metode) dakwah yang digunakan adalah metode
usroh yang merupakan system dakwah yang diadopsi dari ikhwanul muslimin berupa
kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 sampai 10 orang yang dipimpin oleh naqib.
System ini sendiri dibuat Ikhwanul muslimin berdasarkan SK muktamar umum
ikhwanul muslimin 1943, dalam rangka memenuhi kebutuhan akan system yang mampu
mewujudkan imtiqad ufuqy (perkembangan horizontal) dan numuw tarbawi
(perkembangan edukatif) para anggota dalam situasi penuh tekanan politik.[9]
Orang yang memiliki pengaruh dalam tranmisi pemikiran ikhwanul muslimin ini
sendiri adalah Ir. Imanuddin Abdul Rahim, MSc yang biasa disapa dengan sebutan
bang imad. Pada tahun 1960-an bang imad menjabat sebagai ketua umum Pengurus
Besar Lembaga Dakwah Mahasiswa (PB LDMI), selanjutnya sebagai Sekjen
International Islamic Federation of Student Organization (IIFSO) menjadi bekal
bang imad menyusun konsep pengkajian keislaman di masjid salman ITB yang
kemudian konsep inilah yang menjadi model dan berkembang di seluruh masjid
kampus di Indonesia. [10]
Metode dakwah dan kaderisasi yang hampir sama juga
dilakukan oleh kelompok mahasiswa di Yogyakarta, yakni kelompok mardliyah (masjid
Kampus IKIP Yogyakarta), Kelompok masjid syuhada dan kelompok masjid Jama’ah
Salahudin (Masjid Kampus UGM), universitas islam Indonesia, IKIP, IAIN dan
universitas Veterran (UPN). Sedangkan di Jakarta tidak luput juga lingkungan
Universitas Indonesia (UI) menjadi target dakwah gerakan ini. Meskipun
sama-sama menggunakan sitem usrah, namun pada akhirnya terjadi perbedaan
termasuk materi-materi yang dikembangkan tergantung siapa yang menyampaikannya.
Hal ini dikuatkan oleh kesaksian ismail Yusanto yang merupakan juru bicara
Hizbut tahrir Indonesia (HTI) – kelompok yang berbeda ideology dengan gerakan
tarbiyah- juga turut memanfaatkan Usroh untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran
mereka dan turut mewarnai gerakan ini.[11]
Kemudian pada masa usroh ini, mengalami banyak
polarisasi internal, serta masuknya pemikiran-pemikiran ikhwanul muslimin yang
dibawa oleh alumnus timur tengah pada tahun 1983-1984, yang pada
perkembangannya mempengaruhi materi yang diberikan, metode dakwah dan system
keorganisasian serta kaderisasinya.
Diantara tokoh yang paling
berperan adalah ustadz Hilmi Aminuddin yang merupakan anak dari salah satu
tokoh gerakan NII (Negara Islam Indonesia), Danu Muhammad Hasan. Kala itu
ustadz Hilmi Aminuddin adalah salah satu KB PII (Keluarga besar Pelajar Islam
Indonesia) yang kemudian selepas menyelesaikan pendidikannya di madinah ia
mengembangkan konsep Manhaj Tarbiyyah dan Dakwah. Pemikiran tersebut muncul karena pada masa
itu proses dakwah islamiyyah di Indonesia menghadapi banyak sekali kendala. Para
ustadz dan guru mengaji, termasuk aktivis organisasi sosial kemasyarakatan dan
partai politik islam mengalami tekanan-tekanan, intimidasi, bahkan penangkapan
lembaga represif yang dibentukan orde baru, yaitu kopkamtib (Komando Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban) yang dipimpin olek laksamana TNI Sudomo dan Instansi
Intelejen yang dipimpin Letjen Benny Moerdani.
[12]
Dalam pelaksanaannya, ia mengawali
pergerakkan tarbiyyah melalui komunitas
PII, GPI, dan PUI. Kemudian memutuskan utuk memulai pergerakkan di pusatkan
di perguruan tinggi dan universitas di kota-kota besar, atau mereka menyebutnya
“Ummul Quro”. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat asy-syuura ayat 7
yang berbunyi :
“Demikianlah Kami wahyukan
kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada
Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta
memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada
keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.”
Menurut Ustadz Hilmi, Tarbiyyah
adalah suatu proses pedidikan agar dapat menciptakan persemaian kader-kader
atau bibit-bibit dakwah ke masyarakat serta menegakkan Al-Quran dan Sunnah
serta membangun islam yang jerih yang tidak terkontaminasi apa-apa. Terdapat 10
(sepuluh) materi tarbiyyah yang menjadi kurikulumnya, yakni Aqidah, Al-Quran,
Al-Hadits, Fiqh Islami, Shirah Nabawiyyah, Akhlaq, Ghazqwul Fikr, Wa’yu Siyasi,
Tarbiyyah Awlad dan Fiqhun Nisaa. Terdapat 5 (lima) dasar yang menjadi
pokok-pokok pengajaran tarbiyyah, yaitu makna syahadatain, ma’rifatul insan,
ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, dan ma’riifatul islam.[13]
Diantara pegaruhnya adalah, pertama, kegiatan dakwah
berubah dari Usroh menjadi gerakan tarbiyah. Kedua, cakupan kegiatan menjadi
lebih beragam, substansi gerakannya tidak jauh berbeda dengan Usroh, yaitu
pengajian dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-20 orang yang
dipimpin oleh seorang murobbi (pendidik), yang biasanya adalah mahasiswa yang
lebih senior dari mereka. Ketiga, sistematika materi yang diajarkan lebih
tertata. Berbeda dengan usroh yang mengakomodasi banyak pemikiran tokoh-tokoh
islam dari banyak kalangan, kurikulum standar yang menjadi acuan materi-materi
tarbiyah adalah penerjemahan konsep-konsep islam yang disusun oleh tokoh-tokoh
ikhwanul muslimin, melalui buku-buku yang telah diterjemahkan.[14]
Secara garis besar, materi yang disampaikan dalam
halaqah-halaqah yang dilakukan oleh gerakan tarbiyah menekankan pada dua hal.
Pertama menekankan kepada pembentukkan karakter-karakter pribadi islam (takwin
al-syakhsiyyah al-islamiyyah). Materi jenis ini berkaitan dengan pengenalan
dasar-dasar islam, antara lain; pembahasan tentang makna dua kalimat syahadat
(syahadatain), pembahasan tentang Allah (ma’rifatullah), penjelasan tentang
rasul (ma’rifatur rasul), tentang islam (ma’rifatul islam), dan penjabaran
mengenai manusia (ma’rifatul insan).[15]
Sedangkan yang kedua, pembentukkan karakter gerakan
atau aktivis gerakan (takwin al-syakhsiyyah al harakiyyah / alda’iyah).
Materinya mencakup pemahaman tentang nilai-nilai kebenaran dan kebatilan,
pemahaman tentang golongan-golongan musuh, pemahaman tentang ilmu-ilmu Allah,
dan pemahaman tentang fiqh al-dakwah (aturan-aturan pokok dakwah).[16]
Model kegiatannya pun mengalamai perkembangan,
seperti liqo (pertemuan), dauroh, rihlah (berwisata), mabit (kegiatan malam),
mukhayam (perkemahan), seminar dan bedah buku yang kemudian dikembangkan
menjadi system pengkaderan resmi gerakan tarbiyah.[17]
Dalam pengamatan ustadz hilmi, titik awal
kebangkitan gerakan tarbiyah di Indonesia terjadi pada tahun 1988. Ketika itu
terjadi perubahan sikap politik presiden soeharto terhadap umat islam. Pada
tahun-tahu tersebut, dunia internasional mulai menyudutkan kebijakan presiden
soeeharto terhadap timor timur, sehingga Negara barat satu per satu
meninggalkan indonesia. Saat itulah pak Harto berputar haluan, membangun basis
social dengan mendekatkan diri kepada ummat islam. Hal ii ditandai engan
kemunculan Bank Muammalat, lahirnya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
dan Baitul Qur’an.[18]
Dalam perkembangan dakwah kampus sendiri,
perkembangannya sangat cepat. jaringan ini telah membentuk Forum Silaturrahim
Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) yang melakukan pertemuan tiap tahun. Sejak tahun
1988, jaringan ini telah menyebar ke-64 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Di sebagian besar perguruan tinggi bahkan para aktivis tarbiyah ini menempati
posisi penting dalam organisasi intra kampus , seperti BEM, dan lainnya. Selain
itu, gerakan ini juga masuk ke sekolah-sekolah di kota-kota besar yang kemudian
menjadi kegiatan ekstrakurikuler ROHIS.Pada tahun 1998, dalam merespon
perkembangan politik Indonesia, mereka kemudian membentuk organisasi formal
bernama KAMMI (Kesatuan aksi mahasiswa muslim Indonesia). [19]
b.
Pemikiran
1)
Aqidah
Gerakan tarbiyah di
Indonesia terinspirasi oleh berbagai pemikiran ikhwanul muslimin. Bahkan pada perkembangan selanjutnya,
pemikiran ikhwanul muslimin sangat mempengaruhi gerakan tarbiyah yang kemudian
menjadi partai keadilan sejahtera. Mengenai proses penyerapan aktivis tarbiyyah
di Indonesia terhadap pemikiran ikhwanul muslimin terdapat tiga penjelasan.
Pertama, pengenalan
pemikiran ikhwanul muslimin terjadi melalui imaduddin abdurrahim. Imaduddin
memperkenalkan pemikiran-pemikiran ikhwanul muslimin dalam forum-forum jaringan
dakwah kampus. Perkenalan dengan modus-modus seperti ini terjadi pada masa-masa
awal gerakan Usroh. Masa awal ini bisa dikatakkan sebagai embrio dari transmisi
yang penuh atas pemikiran ikhwanul muslimin, karena dalam berbagai bentuk
pelatihan yang dilakukan di jaringan dakwah kampus ini masih mengajarkan
pemikiran-pemikiran di luar tokoh ikhwanul muslimin.
Kedua, tranmisi
pemikiran ikhwanul muslimin melalui para alumni lembaga pendidikan di timur
tengah maupun alumnus LIPIA Jakarta yang merupakan cabang Universitas Islam
Ibnu Saud Riyadh, Arab Saudi. Para alumnus ini berinteraksi langsung dengan
para aktifis ikhwanul muslimin dan menyebarkan pemikiran-pemikiran ikhwanul
muslimin ke Indonesia melalui forum-forum jaringan dakwah kampus yang telah ada
lebih dahulu. Pada tahap ini mereka melakukan penyempurnaan materi dakwah,
metode (manhaj) gerakan dan memperluas jaringan sekaligus “purifikasi”
(membersihkan unsur-unsur pemikiran dari luar ikhwanul muslimin). [20]
Ketiga, penerjemahan
buku-buku para tokoh oleh para alumni Timur Tengah sendiri. Tercatat Alumnus
syiria, Rahman Zainuddin yang menerjemahkan buku “Ma’alim fi Al-Tariq” karya
Sayyid Sabiq menjadi “Petunjuk Jalan”. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh
media dakwah, penerbit miliki DDII dan buku ini merupakan salah satu “buku
suci” bagi gerakan dakwah kampus. Setelah itu semakin banyak buku-buku
pemikiran IM yang diterjemahkan, seperti fi afaq al-ta’lim karya said hawwa
yang diterjemahkan menjadi membina angkatan mujahid, buku-buku karangan jamaluddin
al afghani, Muhammad abduh, abul a’la muududi, rasyid ridha, hasan al-banna,
musthafa manshur, Muhammad al ghazali, yusuf al-qardhawi dan lainnya. [21]
Berikut beberapa Ciri
khas pemikiran yang berkembang di kalangan tarbiyah :
a) Karakter
dakwah Tarbiyah :[22]
·
Rabbaniyah, artinya segala sesuatu
bersumber dari Allah (berorientasi ketuhanan)
·
Islam sebelum Jama’ah, artinya islam
dijadikan esensi utama dalam berdakwah. Sedangkan jama’ah merupakan wasilah
(cara) untuk merapikan gerakan dakwah
·
Syumuliyah, artinya dakwah harus
bersifat sempurna (menyeluruh dan utuh)
·
Modern, artinya dakwah bersifat modern
(kekinian). Dakwah memang harus dilakukan berdasarkan keaslian yaitu alquran
dan sunnah, namn cara,sarana, dan strategi yang digunakan harus seiring dengan
perkembangan zaman (kontemporer)
·
‘Alamiyah, bersifat manusia (universal).
Dakwah yang mengglobal dan mendunia
·
‘Ilmiyah, berdasarkan pada ilmu dan
pendekatan ilmiah
·
Bashirah islamiyah, memberikan pandangan
yang islami dan keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas
·
Menciptakan mana’ah, daya tahan
(imunitas) dari segala bentuk kemaksiatan, serta mampu berorientasi kepada
pencapaian penguasaan teori, penguasaan moral, dan penguasaan amal
b) Arkanul
Baiat (Rukun-Rukun Baiat) [23] :
·
Al Fahm: memahami agama Islam dengan benar
dan komprehensif.
·
Al Ikhlas: Ikhlas karena Allah dalam
beramal untuk Agama
·
Al ‘Amal: beramal demi agama ini dengan
memperbaiki diri sendiri, rumah tangga Muslim, masyarakat, pemerintahan dan
seterusnya.
·
Al Jihad: jihad fi sabilillah dengan
berbagai tingkat dan variasinya.
·
At Tadhliyyah: berkorban pada waktu,
kesungguhan, harta, dan jiwa demi agama
·
At Tha’ah: Menaati Allah dan Rasul-Nya
dan waliyul amr, baik dalam kondisi susah atau mudah, senang maupun benci.
·
Ats Tsabat: memegang teguh agama, baik
dari sisi aqidah, syari’ah, maupun perbuatan, sekalipun harus memakan waktu
yang panjang untuk sampai pada tujuan.
·
At Tajarrud: membersihkan diri dari
pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran Islam dan dari setiap orang atau
teman yang memisahkan antara seorang Muslim dengan loyalitas kepada agamanya.
·
Al Ukhuwwah: persaudaraan dalam agama,
karena persaudaraan merupakan saudara persatuan dan terapi bagi keterpurukan
dan kehancuran, sedangkan perpecahan merupakan saudara kekufuran.
·
At Tsiqah: Kemantapan hati dalam
mengontrol perbuatan demi Islam sesuai dengan kaidah Islam yang mengatakan,”
tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik.”
c) 10
muwashafat Tarbiyah[24]
·
Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
·
Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar)
·
Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh)
·
Qowiyyul Jismi (Kekuatan jasmani)
·
Mutsaqqoful Fikri (Berfikir yang intelek
/ cerdas)
·
Mujahadatul Linafsihi (Berjuang melawan
hawa nafsu)
·
Harishun Ala Waqtihi (Manajemen waktu
yang baik / tidak telat kalau dauroh, liqo, tartil materi, syuro, dan lainnya)
·
Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam
segala urusan)
·
Qodirun Alal Kasbi (Mandiri dalam segi
finansial)
·
Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat bagi
orang lain)
d) Marhalah
Dakwah (Tahapan-tahapan dakwah) : [25]
·
Ta’rif (pengenalan, atau tahap afiliasi),
dalam beberapa literature tahapan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu tabligh
(penyampaian) dan ta’lim (pengajian dalam kelompok-kelompok kecil)[26]
·
Takwin (pembentukan atau tahap
partisipasi)
·
Tahfidz (mobilisasi atau tahap
kontribusi)
2) Ibadah
Dalam hal ibadah,
kelompok tarbiyah termasuk salah satu kelompok puritan (kelompok yang melakukan
pemurnian islam), seperti pernyataan ust hilmi aminuddin, yang merupakan
pelopor pergerakkan ini bahwa dalam gerakan tarbiyah ini, ia bermaksud ingin
membangun islam yang jernih, tidak terkontaminasi apa-apa.[27]
Dalam sepuluh
muwashafat pergerakkan tarbiyah, upaya pemurnian islam terdapat dalam
pembahasan tentang aqidah yg bersih / lurus (Salimul Aqidah) dan ibadah yang
benar (shahihul ibadah). Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu
yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu
dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan
kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala
perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam.[28]
Sedangkan Ibadah yang
benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting,
dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang
berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.[29]
c. Pergerakkan
1) Sosial
dan dakwah
Kekuatan dakwah sangat
memerlukan dukungan masyarakat.[30]
Mereka adalah basis kekuatan bagi para aktivis dan kader dakwah dalam rangka
memapankan gerakan perubahan. Oleh karena itu diperlukan paying (mnizhalah)
atau wajihah (cover) untuk berbagai kondisi dan keadaan. Wajihah dapat berupa
organisasi profit atau lembaga niraba merupakan wujud dalam berbagai bidang
kerja. Wajiha dibentuk untuk kemaslahatan umat, sebagai sarana bagi gerakan
dakwah yang memerlukan proteksi, dengan misi utamanya adalah memberikan
layanan, perlindungan, pembelaan, pendidikan, pemberdayaan, dan penerangan
kepada kelompok masyarakat tertentu. Setidaknya ada dua jenis wajihah yang
dikembangkan, pertama adalah wajihah tanzhim, yang langsung terkait dengan
salah satu struktur partai, dan yang kedua adalah wajihah amal yang merupakan
penjelmaan aktivitas aktifis tarbiyah dalam suatu institusi atau lembaga yang
bergerak dalam bidang garapan tertentu[31]
Berdasarkan hal
tersebut, akhirnya para aktifis tarbiyyah membentuk lembaga-lembaga/ Yayasan
(wajihah) dakwah yang memberikan sumbangan tidak kecil bagi keberhasilam dakwah
tarbiyah, bahkan sekarang tiap Kecamatan dan wilayah sudah memiliki wajiha
(lembaga/yayasan) yang membantu akselerasi proses tarbiyah ini, baik yang
dibuat struktur (partai) maupun secara parsial oleh orang-orang / kelompok
tertentu yang berafiliasi dengan gerakan tarbiyah ini. Diantara lembaga-lembaga
yang mereka dirikan adalah lembaga pendidikan IT (Islam Terpadu), lembaga
bimbingan belajar “Nurul Fikr”, lembaga dakwah “khoiru ummah” pada tahun
1990-an, lembaga pendidikan islam “Al-Hikmah”,
lembaga pengkajian “sidik”, kelompok-kelompok kesenian nasyid seperti izzatul
islam dan shoutul harakah, majalah sabili, Majalah Ummi, Majalah Saksi, dan
ishlah, berbagai penerbit buku seperti; Al-ishlahy press, gema insani press,
pustaka al kautsar, rabbani press, I’tishom, Era Intermedia, Asy-Syamil, butik
rabbani, dan lain sebagainya.[32]
2) Pendidikan
Di bidang pendidikan,
gerakan ini sendiri berawal dari dunia pendidikan yang memiliki rutinitas
mengadakan diskusi-diskusi keagamaan di instasi-instasi pendidikan, baik di
dunia kampus, maupun di sekolah. Ciri khas gerakan tarbiyah dalam mendidik
kader-kadernya adalah :
·
membentuk kelompok mentoring / halaqah-halaqah
(kelompok-kelompok) kecil yang terdiri dari lima hingga dua belas orang anggota
(mutarabbi) dibimbing oleh seorang murabbi, [33]
·
materi yang disampaikan adalah materi
tarbiyah, diantaranya : makna syahadatain, Ma’rifatullah, Ma’rifatul Rasul, Ma’rifatul
Islam, Ma’rifatul Insan, Ma’rifatul Qur’an, Al-Ghozwul Al-Fikr, Hisybusy
Syaithan, Qadhayah Ad-dakwah, Al-Haq wal Bathil, Takwinul Ummah, At-Tarbiyah
Al-Islamiyyah Al-Harakiyyah, Fiqhud dakwah dan berbagai ilmu tambahan lainnya
seperti fiqh, shirah, alquran, hadits, dan lainnya[34]
·
Perangkat-perangkat dan sarana-sarana
kegiatan selain halaqoh / mentoring yang biasa dilakukan untuk pembinaan
aktivis tarbiyah diantaranya adalah :
o
Mabit
: Mabit adalah salah satu sarana tarbiyah ruhiyah dalam bentuk menginap bersama
dengan menghidupkan malam untuk memperkuat hubungan dengan Allah, meningkatkan
kecintaan kepada Rasulullah, meningkatkan akhlak, mewujudkan miniatur
lingkungan yang islami, memperkuat ukhuwah dan menambah bekalan dakwah.
o
Ta’lim : Ta’lim adalah bentuk tarbiyah
tsaqafiyah (memperluas wawasan) yang diselenggarakan secara mandiri atau diadakan
oleh pihak lain. Program ini menyertakan peserta yang lebih banyak, bersifat
umum dan menghadirkan nara sumber yang ahli di bidangnya. Bentuk kegiatannya
antara lain ta’lim di masjid, televisi, radio, dan sebagainya. Para murobbi
hendaknya menginventarisir kegiatan-kegiatan tersebut, disesuaikan dengan
kurikulum dalam tarbiyah dan disosialisasikan kepada peserta halaqohnya.
o
Dauroh atau Pelatihan : Dauroh adalah
forum intensif untuk mendalami suatu tema atau ketrampilan tertentu dengan nara
sumber yang ahli di bidangnya. Waktu dauroh biasanya 1 hari penuh hingga 1
pekan (tergantung tema).
o
Rihlah : Rihlah adalah suatu perjalanan
rekreasi ke suatu tempat yang indah seperti pegunungan atau pantai. Rihlah diharapkan
dapat menguatkan hubungan persaudaraan antar sesama anggota halaqoh,
menyegarkan jiwa dan fikiran serta menyehatkan badan. Rihlah minimal diadakan
setahun sekali. Rihlah memakan waktu 1 – 3 hari.
o
Mukhayyam : Mukhayyam adalah berkemah
selama 2-3 hari di bumi perkemahan atau daerah pegunungan atau pantai. Mukhayam
terutama bertujuan untuk melatih fisik dan ketrampilan selain target fikri dan
ruhani
o
Penugasan : Penugasan adalah bentuk
tugas mandiri yang diberikan oleh seorang murobbi kepada peserta halaqoh.
Penugasan dapat berupa hafalan Al Qur’an, hadits, bahkan penugasan dakwah.[35]
Dalam realisasi
pergerakkanya, Gerakan tarbiyah ini kemudian membentuk Forum Silaturrahim
Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) yang melakukan pertemuan tiap tahun. Sejak tahun
1988, jaringan ini telah menyebar ke-64 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Di sebagian besar perguruan tinggi bahkan para aktivis tarbiyah ini menempati
posisi penting dalam organisasi intra kampus , seperti BEM, dan lainnya. Selain
itu, gerakan ini juga masuk ke sekolah-sekolah di kota-kota besar yang kemudian
menjadi kegiatan ekstrakurikuler ROHIS. Pada tahun 1997, saat indonesi dilanda
reformasi, Para pelajar yang terdiri dari beberapa organisasi pelajar muslim
saat itu mendirikan organisasi masa pelajar yang diberi nama Kesatuan Aksi
Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) sebagai wadah penyatu isi dan pergerakan
pelajar muslim Indonesia kearah yang lebih baik. Tujuh Forum pelajar yang turut
memprakasai KAPMI diantaranya adalah FORKOPMI (Forum Komuikasi Pelajar Indonesia)
Jakpus, KOPMI (Komunikasi Pelajar Muslim Indonesia) Jakut, FKBR (Forum Keluarga
Besar Rohis) Jaksel, FUPI (Forum Ukhuwah Pelajar Indonesia) Jaksel, FUPMI
(Forum Ukhuwah Pelajar Muslim Indonesia) Jaktim, FAKSAROH (Forum Aktivis Rohis)
Jakbar, dan SABAR (Silaturahim Keluarga Besar Rohis) Jakbar[36]
Kemudian pada tahun
1998, dalam merespon perkembangan politik Indonesia, gerakan tarbiyah dari
kalangan mahasiswa kemudian membentuk organisasi formal bernama KAMMI (Kesatuan
aksi mahasiswa muslim Indonesia). Hingga saat ini, gerakan ini telah banyak
melahirkan berbagai organisasi keislaman di tingkat pelajar dan mahasiswa, baik
yang terikat oleh struktur maupun yang diluar struktur. [37]
3) Politk
Pertengahan juli 1998
pimpinan gerakan tarbiyyah beserta pimpinan yayasan yang didirikan aktivis
tarbiyah berkumpul untuk melakukan musyawarah, diantara aktivis yang dating
adalah dari yayasan Al Haramain, umumnya alumni timur tengah dan komunitas
SIDIK (Studi dan Informasi Untuk Dunia Islam Kontemporer). Kemudian juga hadir
ISTEC, yaitu aluni perguruan tinggi Negara-negara barat dan yayasan Ibu Harapan
pimpinan Ustadzah Yoyoh Yusroh. Musyawarah yang dipimpin langsung ustadz hilmi
aminuddin, akhirnya sepakat mendirikan partai keadilan. Kesepakatan diambil
pada hari senin, tanggal 26 rabiul awal 1419 H atau 20 Juli 1998.
Pendeklarasian pendirian partai diadakan di lapangan Masjid Al-Azhar pada
tanggal 9 agustus 1998 yang dihadiri lebih dari 30.000 orang.[38]
Awalnya, proses
musyawarah ini berlangsung panjang. Apalagi pada tahun 1997 pimpinan tarbiyah
dan yayasan-yayasan sudah berancang-ancang akan mendirikan partai politik pada
tahun 2010. Karena diperkirakan presiden soeharto turun dari kekuasaannya.
Ternyata, keruntuhannya lebih cepat dari prediksi semula akibat reformasi. Dua
orang tokoh yang sangat kuat mendorong pendirian partai adalah mashadi dan
Untung wahono. Sedangkan ustadz hilum cenderung bersikap netral dan lebih
banyak mendengarkan. Argumentasu untung saat itu adalah apabila tidak
mendirikan parpol dan hanya terfokus pada gerakan tarbiyah, makan akan
tenggelam. Suaranya memang terdengar, tetapi tidak memiliki pengaruh yang kuat.
Hingga pada akhirnya diselenggarakan pollingg. Hasilnya, lebih 80% anggota
setuju membentuk partai. Persoalan lainnya adalah apakah partai tergabung
sekaligus dengan gerakan tarbiyah atau merupakan cabang saja dari tarbiyah.
Hingga akhirnya disepakati untuk digabung, prinsipnya adalah hizbu huwal
jama’ah, wal jama’ah hiyal hizb (partai adalah jama’ah dan jama’ah adalah
partai).[39]
Partai yang dideklarasikan
oleh 52 tokoh gerakan tarbiyah ini berhasil mengikuti pemilu 1999 dan menjaring
sebanyak 1.436.565 suara atau sekitar 1,7% dari keseluruhan jumlah suara dan
menempatkan tujuh wakilnya di DPR. Karena ketentuan electoral threshold, partai
ini tidak bisa mengikuti pemilu 2004. Oleh karena itu, sebagai upaya agar bisa
mengikuti pemilu selanjutnya, partai keadilan (PK), berganti nama menjadi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diputuskan dalam majelis Syuro XIII partai
keadilan yang berlangsung di wisma haji bekasi jawa barat tanggal 17 april 2003
dengan presoden partainya adalah Hidayat nur wahid menggantikan muzzammil
yusuf. Tiga hari kemudian digelar deklarasi DPP PKS di silang monas yang
dihadiri sekitar 40.000 kader.
Dalam pemilu 2004, PKS
mampu meraih suara sangat signifikan, yaitu 7,4 persen (8.325.020 suara) dengan
45 kursi di DPR. Bahkan, mantan presiden partai ini, hidayat nurwahid mampu
menduduki kursi ketua MPR RI. Meski kalah dibandingkan partai-partai besar
lainnya, PKS menjadi fenomena keajaiban politik di Indonesia karena ia dapat
mengungguli partai-partai baru yang memiliki sejarah lebih tua. Hanya dalam
waktu 20 tahun, gerakan dakwah kampus ini telah berkembang menjadi partai yang
diperhitungkan di pentas politik dan gerakan islam kontemporer.[40]
Pada pemilu 2009, PKS berhasil meraih suara 8.206.955 (7,88 %) dan mendapatkan 59
kursi DPR RI.[41]
Dalam PKS, keanggotaan
terdiri atas :[42]
b) Anggota
kader pendukung, yang terdiri dari:
1. Anggota
Pemula yaitu mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai dan
terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang
setelah lulus mengikuti Training Orientasi Partai.
2. Anggota
Muda yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh
Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar satu.
c) Anggota
Kader Inti, yang terdiri dari:
1. Anggota
Madya yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar
dua.
2. Anggota
Dewasa yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan
oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat
lanjut.
3. Anggota
Ahli yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh
Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
4. Anggota
Purna yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan
oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat ahli.
5. Anggota
Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan
oleh Dewan Pimpinan Pusat.
[1] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 211
[2] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 211-215
[3] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 217-219
[4] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 211
220-221
[5] Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 108-109
[6] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 88
[7] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 265-266
[8] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 267
[9] Usman Abdul Muis Ruslan,
Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Penerjemah Salafudin Abu Sayyid, Hawin
Murtadlo dan Jasiman (Solo : Era Intermedia, 2000), hal. 563
[10] Abdul aziz, gerakan kontemporer
islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989), hal. 217
[11] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru Radikal
Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta :
Erlangga, 2005), hal. 110-112
[12] Usamah hisyam, Sepanjang Jalan
Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena Citra Media cet II, 2012), hal.
34
[13] Usamah hisyam, Sepanjang Jalan
Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena Citra Media cet II, 2012), hal.
35-37
[14] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 113-114
[15] Ali said damanik, feomena Partai
Keadilan “transformasi 20 tahun gerakan tarbiyah di indonesia” (bandung :
mizan, 2002), hal. 110-116
[16] Ali said damanik, feomena Partai
Keadilan “transformasi 20 tahun gerakan tarbiyah di indonesia” (bandung :
mizan, 2002), hal. 116-121
[17] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 115
[18]
Usamah hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena
Citra Media cet II, 2012), hal. 68
[19]
M. Imaduin Rahmat, Arus
Baru Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia”
(Jakarta : Erlangga, 2005), hal. 123
[20] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 86-87
[21] Ali said damanik, feomena Partai
Keadilan “transformasi 20 tahun gerakan tarbiyah di indonesia” (bandung :
mizan, 2002), hal.
[22]
Tim SMPN FSLDK Nasional, Risalah Managemen Dakwah Kampus edisi revisi ( Bandung
: GAMAIS Press, 2007), hal. 5
[23]
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Syarah Ar Kanul Bai’ah cetakan Pertama (Solo:Media
Insani, 2006), hal. 25-26
[24]
Musthada Muhammad thahan, Pemikiran Moderat Hasan Al-Banna, diterjemahkan Akmal
Burhanudin (Bandung : Harakatuna), hal 195-201
[25]
Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin terjemahan Anis Matta ,dkk
(Solo : Era Intermedia) hal. 232-233
[26]
Agus Ahmad Syafei, Pengembana Masyarakat Islam (Bandung : Remaja Rosadakarya,
2001), hal. 31-34
[27]
Usamah hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena
Citra Media cet II, 2012), hal. 32
[28] QS Al-An’am :162
[29]
Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin terjemahan Anis Matta ,dkk
(Solo : Era Intermedia) bab risalah ta’lim
[30]
Hilmi Aminuddin, Strategi Dakwah Gerakan Islam (Jakarta : Tarbiatuna, 2003),
hal 17-21
[31]
Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan
Sejahtera, 2008, hal 58-60
[32]
M. Imaduin Rahmat, Arus Baru Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur
Tengah ke Indonesia” (Jakarta : Erlangga, 2005), hal. 123
[33]
Tim Kaderisasi DPP PKS, 2004
[34]
Ebook materi tarbiyah
[35]
Nugroho Widiyantoro, Buku
Panduan Dakwah Sekolah versi ebook hal. 81-85
[36]
http://kapmi-jaksel.blogspot.com/2009/12/sejarah-kapmi.html
diakses 29 oktober 2012 pukul 12.26
[37]
M. Imaduin Rahmat, Arus
Baru Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia”
(Jakarta : Erlangga, 2005), hal. 123
[38]
Usamah hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena
Citra Media cet II, 2012), hal. 80
[39]
Usamah hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena
Citra Media cet II, 2012), hal. 80-81
[40] M. Imaduin Rahmat, Arus Baru
Radikal Islam “Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia” (Jakarta
: Erlangga, 2005), hal. 124
[41]
Usamah hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring ( Jakarta : Dharmapena
Citra Media cet II, 2012), hal. 198
[42]
AD/ART PKS tahun 2002 pasal 3