Batas sebuah Keta’atan (Belajar keta’atan dari seekor singa)
Di sebuah padang pasir di kawasan afrika, hidup satu kawanan
singa yang dipimpin oleh seekor singa jantan dewasa yang gagah perkasa, yang
mempimpin lima belas ekor singa betina, dan 10 ekor singa yang masih belia
dengan usia dua sampai empat tahun setelah kelahirannya.
Setiap sore biasanya kawanan singa berburu mangsa secara
berkelompok di daerah kekuasaanya yang mencapai 400 Km2. Meski singa
jantan adalah pemimpinnya, sangat jarang singa jantan ikut serta dalam
perburuan kelompoknya, hanya singa-singa betina yang biasanya turun untuk
berburu mangsa.
Saat singa-singa betina berburu mangsa, singa jantan lebih
banyak menghabiskan waktunya menjaga daerah kekuasaannya dari singa jantan dari
kawanan sebelah yang mencoba merebut daerah kekuasaannya. Tugas lain yang juga menjadi
tanggung jawabnya adalah mendidik singa-singa jantan muda yang lainnya agar
kelak dapat menjadi singa jantan yang hebat dan bertanggung jawab.
Bukan karena singa jantan takut dan tak memiliki keahlian.
Tapi fisiknya yang sangat besar, membuatnya mudah terlihat ketika mengintai
mangsa. Selain itu, dari segi kelincahan dan kecepatan, singa jantan jauh lebih
lambat dibandingkan singa betina, singa betina mampu berlari dengan kecepatan
mencapai 81 Km/Jam, sedangkan singa jantan hanya mampu berlari dengan kecepatan
mencapai 58 Km/Jam. Hal itu disebabkan oleh jantung yang dimiliki singa jantan
hanya sebesar 0,41% dari berat tubuhnya, sedangkan singa betina memiliki berat
jantung 0,51% dari berat tubuhnya, sehingga mempengaruhi kecepatan dan
kelincahannya.
Di suatu sore hari yang cerah dan menyejukkan, singa-singa
betina sedang bersiap untuk melakukan aktifitas rutinnya berburu mangsa. Setelah
singa-singa betina pergi untuk berburu, singa jantan melakukan tugasnya
mendidik singa-singa jantan yang masih muda.
Mereka berkumpul membentuk lingkaran di bawah pohon rindang.
Terlihat antusias dan semangat singa-singa jantan muda yang tak sabar mendapatkan
pelajaran yang akan dipelajarinya hari itu.
“wahai singa muda yang gagah perkasa, Hari ini kita akan
belajar tentang arti sebuah keta’atan. Aku akan memberikan pelajaran sejauh
mana batas keta’atan itu harus dilakukan” Jelas singa jantan dewasa memulai
pelajarannya.
“Sebelum kita memulai pelajarannya, ada dua syarat yang
harus kalian patuhi. Pertama, jangan bertanya tentang alasan kenapa Aku meminta
kalian melakukan sesuatu. Kedua, Lakukan apa yang aku perintahkan secara
totalitas, dengan seluruh daya dan upaya yang kalian miliki, dalam keadaan
senang atau tidak, mudah atau sulit, kalian harus melakukannya.” Syarat dari
singa jantan dewasa.
Pelajaran dimulai.
Diajaknya berkeliling singa-singa jantan muda itu mengitari
daerah kekuasaanya oleh singa jantan dewasa.
Terlihat tiga ekor anak singa yang berusia sekitar tiga
bulan yang berasal kawanan lain memasuki daerah kekuasaan mereka. Sepertinya
mereka terpisah dan tersesat dari kawanannya.
Melihat hal itu, singa jantan memberikan pelajaran pertama
kepada singa-singa jantan muda.
“Tangkap dan bunuh anak-anak singa itu ! Jangan sisakan
satupun yang hidup diantara mereka” Perintah singa jantan dewasa.
Dengan sigap kesepuluh singa-singa jantan muda berlari
mengejar anak-anak singa yang masuk ke daerah kekuasaan mereka. Ketiga anak
singa yang malang itu lari ketakutan menghindari sekuat tenaga dari kejaran
singa-singa jantan muda. Kalah fisik dan kalah cepat, akhirnya ketiga anak
singa itu dapat ditangkap tanpa perlawanan berarti.
Singa-singa jantan muda bersiap menuntaskan tugas yang
diperintahkan kepada mereka, dicengkram leher ketiga anak singa itu, taring
yang tajam siap menyobek leher dan memutus urat leher ketiga anak singa yang malang
itu.
“Tunggu ! Cukup ! Lepaskan ketiga anak singa itu ! kembalikan
mereka kepada kawanan mereka !” Perintah singa jantan dewasa setengah berteriak.
Mendapatkan perintah seperti itu membuat singa-singa muda itu
kebingungan.
“Wahai guru, bukannya engkau yang menyuruh kami menangkap
dan membunuh mereka? Kenapa tiba-tiba Engkau berubah fikiran untuk melepaskan
mereka bahkan mengembalikan mereka kepada kawanannya?” Tanya salah satu singa
muda mencoba mendapatkan penjelasan.
“Wahai muridku, sudahkah kau lupa dengan kedua syarat yang
aku sampaikan sebelum kita memulai pelajaran hari ini?” Jawab singa jantan
dewasa.
Teringat akan syarat bahwa tidak boleh ada yang bertanya
tentang apapun yang diperintahkan sang guru, sampai beliau sendiri yang
menjelaskannya, akhirnya singa jantan muda ini meminta maaf dan siap menerima hukumannya.
“iya guru… maaf aku melanggar syarat itu… silahkan kau
jatuhkan sanksi kepadaku asal kau mengijinkanku kembali ikut serta dalam
pelajaranmu hari ini” Pinta salah satu singa jantan muda.
Gurunya pun mengizinkannya dengan memberikan hukuman kepada
singa jantan muda untuk mengantarkan seorang diri ketiga anak singa itu ke
kawanannya.
Sekembalinya salah satu singa jantan muda itu dari mengantar
ketiga anak singa yang tersesat, guru melanjutkan pelajarannya.
“Perlu kalian ketahui wahai muridku, Setiap kawanan singa
pada umumnya memiliki daerah kekuasaan sekitar 200-400 KM2.
Sedangkan kawanan kita memiliki daerah kekuasaan mencapai 400 Km2.
Seorang pejantan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keamanan dan
keselamatan kawanan dan kekuasaannya dari singa-singa lain yang mencoba
merebutnya. Untuk itu, seorang singa jantan harus memiliki fisik yang kuat.”
Jelas singa jantan dewasa memulai pelajarannya yang kedua.
“Kita akan berlatih fisik sekarang, ikutilah aku
mengelilingi daerah kekuasaan kita, jangan berhenti kecuali aku perintahkan
untuk berhenti, jika aku berjalan kalian ikut berjalan, jika aku berlari maka
kalian harus berlari di belakangku” Perintah singa jantan dewasa.
Singa-singa jantan muda mengikuti tanpa bantahan sedikitpun.
Mereka mulai dengan mengitari sambil berjalan seluruh daerah
kekuasaan mereka, tak tampak ada kelelahan berarti setelah mereka mengitari
satu putaran penuh daerah kekuasan
mereka.
Selanjutnya singa dewasa mempercepat jalannya dua kali lipat
dari sebelumnya. Satu putaran penuh daerah kekuasaan pun ditempuh. Mulai berasa
terengah-engah dengan mulut yang menganga pada mereka.
Diputaran ketiga singa jantan dewasa tiba-tiba berlari.
Singa-singa jantan muda yang ada di belakangnya ikut berlari mengejarnya. Baru
seperempat putaran, para singa jantan muda tampak kewalahan. Nafas sesak
dirasa. Hingga pada akhirnya satu persatu singa-singa jantan muda itu berhenti
mengikuti singan jantan dewasa yang masih terus berlari mengelilingi daerah
kawasan.
Satu putaran penuh daerah kekuasaan dilewati singa jantan
dewasa dengan berlari tanpa berhenti sedetikpun. Di putaran keempat tampak
sudah kepayahan singa jantan dewasa itu. Tapi ia masih tetap berdiri tegak
mencoba untuk bertahan. Di perempat putaran keempat tampak singa jantan dewasa
menyeret kaki dan tubuhnya untuk terus melangkah kedepan. Hingga pada akhirnya
singa jantan itu ambruk dan kemudian pingsan.
Beberapa menit kemudian singa jantan dewasa itu tersadar.
Setelah tersadar dan dilihat keadaan singa jantan dewasa sudah pulih, singa-singa
jantan muda yang daritadi menunggu kepulihannya pun bertanya kepadanya.
“ Wahai guruku… Sebenarnya apa yang hendak kamu ajari kepada
kami sehingga engkau rela melakukan hal yang memberatkan dan menyiksamu?” Tanya
murid-muridnya dengan nada keheranan
“Wahai murid-muridku yang aku banggakan. Sesungguhnya tanda
baiknya seseorang adalah dilihat dari keta’atannya kepada orang yang
memimpinnya. Ia menyambut panggilannya, meski ia suka ataupun tidak, mudah atau
sulit, senang atau menderita. Tak kan pernah terlahir seorang pemimpin yang
baik, jika tak ada keta’atan kepada pemimpinnya ketika ia menjadi seorang
pasukan. Kalian adalah calon-calon pemimpin yang akan meneruskanku, oleh sebab
itu aku meminta kalian untuk menta’ati apapun yang aku perintahkan kepada
kalian. Sehingga kelak ketika kalian menjadi pemimpin, menjadi pemimpin yang
baik, kalian akan bijaksana dalam memberikan perintah kepada siapa saja yang
mengikuti kalian”
“ Ketika aku minta kalian menangkap dan membunuh ketiga anak
singa itu, kemudian malah aku perintahkan untuk melepaskan dan
mengembalikannya, sehingga membuat kalian bingung. Muridku, sesungguhnya tak
ada sedikitpun keta’atan dalam rangka bermaksiat kepada Allah dan berlaku zalim
kepada yang lain. Aku harapkan kelak kalian menjadi pemimpin yang memiliki
hati, yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang salah dan
benar. Sehingga apa yang kalian perintahkan adalah perintah yang benar dan baik,
yang tak menjerumuskan kepada kemaksiatan dan kezaliman”
“Yang ketiga, yaitu ketika aku meminta kalian mengikutiku
sampai aku perintahkan untuk berhenti.. Maksudnya adalah agar kelak kalian
memiliki totalitas dalam keta’atan dalam kebaikan. Tidak berhenti ketika kalian
lelah, tidak berhenti ketika kalian terpuruk, tidak berhenti ketika kalian
sakit, dan tidak berhenti ketika beratnya perintah yang diberikan. Buatlah
kelelahan itu lelah mengikuti kalian, buatlah keterpurukan itu terpuruk
menghadapi kalian, buatlah rasa sakit itu menjadi sebuah kebahagiaan, buatlah
beratnya beban itu hancur lebur dengan kerasnya tekad perjuangan. Tak ada yang
dapat menghentikan kalian. Kecuali kesadaran hilang dari fikiran, fisik sudah
tak dapat digerakan, dan ruh pergi meninggalkan. Itulah batas sebuah keta’atan”
Tutup singa jantan dewasa mengakhiri pelajaran hari itu.
Personal Branding, Rahasia Sukses Menjemput Mimpi
Salah satu kunci keberhasilan meraih mimpi adalah dengan memperbanyak silaturrahim.
Diantara langkah efektif untuk memperbanyak silaturrahim adalah dengan membangun personal branding.
Yang pertama harus dilakukan adalah membuat orang mengenal kita,
bagaimanapun caranya, cara yang paling efektif agar orang memberikan
perhatiannya kepada kita adalah dengan membuat diri kita berbeda secara
drastis dari yang lainnya.
Baru setelahnya kita membuat orang
kenal kita sebagai apa, caranya dengan menghasilkan karya-karya luar
biasa dan manfaat yang besar untuk orang-orang di sekitar kita. ketika
orang sudah kenal kita sebagai apa, itu adalah keberhasilan kita dalam
personal branding.
Ketika personal branding sudah berhasil, orang
mengenal kita sebagai apa, kemudian orang akan memberikan
kepercayaannya kepada kita. Silaturrahimnya bukan hanya kenal semata,
tapi akan menjadi silaturrahim yang saling memahami, saling membantu,
atau bahkan mendahulukan diri kita dibandingkan dirinya.
Hingga pada akhirnya, dengan diminta atau tidak, mereka akan membantu kita mewujudkan mimpi-mimpi kita.
Sebenarnya ini ilmu mahal, tapi terpaksa saya buka disini, inilah yang
sedang saya lakukan. Jadi jangan kaget ya kalau status/tweet/sikap saya
sangat menarik untuk dibaca dan diperhatikan.
Hahahaha
"Seorang Inspirator selalu punya alasan dibalik sikap dan perbuatannya,
Meski Orang lain memandangnya sebagai orang Yang ANEH dan GILA"
#NasihatGURU
@dhezun
Allah sudah mengaturnya... Pasrahkan saja... ???
Rezeki memang sudah ada yang mengaturnya, yaitu Allah... bahkan seluruh kehidupan kita, baik itu rezeki, jodoh, hidup dan mati kita, semenjak ruh ditiupkan pada usia 4 bulan di dalam kandungan sampai kita mati, juga sudah diatur oleh Allah di dalam lauful mahfudz.
Tapi semuanya itu tidak ujug-ujug turun, ada asbabnya. mau dapet rezeki banyak, ya harus ikhtiar lebih keras, bukan tidur di rumah tanpa ada upaya. kalau kita beranggapan bahwa rezeki sudah diatur, lantas kita tidak berbuat apa-apa, itu salah.
Itu seperti kaum jabariyyah yang mengatakan bahwa Allah yang berkehendak penuh terhadap takdir manusia, manusia tidak memiliki kehendak sama sekali. Seperti boneka yang digerakkan tuannya. zina nya manusia bukan karena manusia mau berzina, tapi karena Allah yang mau kita berzina, bermaksiatnya manusia bukan karena manusia mau bermaksiat, tapi karena Allah yang berkehendak manusia untuk bermaksiat. ini salah...
Ada lagi lawannya, yaitu paham qadariah, mereka mengatakan bahwa manusia memiliki kehendak penuh terhadap takdir dan kehidupan manusia, sedangkan Allah hanya bertugas menciptakan manusia saja. Allah itu ibarat tukang jam, dan manusia itu jam nya, manusia berjalan sendiri dalam takdirnya tanpa ada campur tangan Allah di dalamnya. Suksesnya manusia karena usahanya, bukan karena Allah. Miskin dan kayanya manusia juga karena manusia sendiri dengan usahanya, bukan karena Allah. begitu katanya... ini juga salah...
Dalam ahlu sunnah, Allah menciptakan takdir untuk Manusia, tapi manusia memiliki kehendak dan ikhtiar untuk memilih takdirnya. Sebab itu kita diperintahkan belajar supaya kita mengetahui apa yang tidak kita ketahui, kita diperintahkan mencari rizki yang halalan thayyiban supaya kita dapat memenuhi kebutuhan kita, serta tidak meninggalkan keluarga dan keturunan dalam kemiskinan.
Bedakan antara pasrah dan tawakkal. pasrah dekat dengan putus asa terhadap takdir, tidak melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Tawakkal itu diawali dengan ikhtiar yang totalitas untuk menjemput takdir, lalu memberikan keputusannya kepada Allah terhadap hasilnya.
Ikhtiar juga bukan sembarang ikhtiar, lakukan ikhtiar yang baik. Ikhtiar yang tidak melanggar syari'atnya, yang dapat mendatangkan keridhaan dari Allah subhanallahu wa ta'ala. Bukan ikhtiar yang malah menjerumuskan kita dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah subhanallahu wa ta'ala. misalnya, ingin kaya, kemudian datang ke dukun supaya dilancarkan rezekinya, lah ini juga salah... kalau tuh dukun bisa lancarin rezeki orang, mendingan dia lancarin rezeki dia sendiri dan jadi orang terkaya di dunia kan?
Lakuin hal hal yang dapat mendatangkan rahmat dan keridhaan Allah terhadap ikhtiar kita, sehingga akan totalitas yang akan kita dapatkan. Misal ketika diberikan rezeki oleh Allah Rp 10.000 dari total kebutuhan Rp 1.000.000, jangan marah sama Allah, syukuri... kemudian instropeksi, mungkin ada yang salah ketika kita berikhtiar, mungkin kita tidak melibatkan Allah dalam ikhtiar-ikhtiar kita... setelah dapat hasil instropeksinya, lalu eksekusi dengan ikhtiar yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
wallahu a'lam...
@dhezun
Islamic Worldview Vs Satanic Worldview
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan "Setuju", "Tidak Setuju", "Ragu-Ragu" :
1. Setiap orang memiliki kesempatan hak berbicara di tempat publik yang
sama, tidak memandang ras, suku, budaya, agama, gender, pendidikan dan
lainnya
2. Sebaiknya urusan dipegang oleh ahlinya, politik
serahkan kepada seorang politikus, agama serahkan kepada ulama, budaya
serahkan kepada budayawan, ekonomi serahkan kepada pebisnis dan ekonom,
jangan sampai politikus berbicara tentang budaya, budayawan bicara ttg
agama, agar tidak merusak tatanan peradaban.
3. Semua agama
mengajarkan kebaikan, tujuannya pun sama, ibarat ingin pergi ke kampus,
tapi cara menuju tujuannya yang berbeda, ada yg naik sepeda motor, bus,
busway, bajaj, dan lain lainnya.
4. Tidak sepatutnya kita mengaku
diri paling benar kemudian menyalahkan orang lain, karena apa yang
menurut kita benar/salah belum tentu menurut orang lain benar/salah, apa
yang menurut kita baik/buruk jg belum tentu menurut orang lain salah
baik/buruk. Begitu jg dalam beragama, setiap agama memiliki sudut
pandangnya masing2. Sebab itu jangan sampai kita sebagai seorng muslim
menganggap paling benar sedangkan agama lain itu salah semua.
---------
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan sekaligus pernyataan yang sering
dilontarkan oleh mereka penggiat liberalisme, sekulerisme, pluralisme
dan relativisme.
Seperti iblis yang datang kepada hawa dan adam,
ia datang dengan ucapan manis sehingga adam dan hawa tertipu dengan tipu
dayanya, begitulah strategi iblis dalam mensesatkan manusia, yang terus
diwariskan untuk menyesatkan manusia.
Jika kita jeli, pernyataan
pertama adalah jebakan dari mereka penganut liberalisme. Indah sekali,
kampanye untuk memberikan hak yang sama untuk tampil di depan publik,
tanpa pandang agama, ras, budaya, gender, pendidikan dan lainnya,
terlihat adil dan bijaksana, bukan? Jika memang anda setuju, selamat
anda masuk ke dalam jebakan mereka. Bagaimana mungkin kita memberikan
kesempatan hak bicara yang sama untuk para pendeta, biksu, rahib untuk
memberikan ceramah pada khotbah jumat? Untuk mengisi majelis ta'lim?
Atau menjadi guru di pesantren-pesantren? Bagaimana mungkin kita
memberikan kesempatan anak TK untuk memberikan mata kuliah kepada para
calon doktor? Bagaimana mungkin ??? Jika mungkin, hancurlah peradaban
ini...
Pernyataan kedua adalah jebakan dari kaum sekulerisme.
Mereka mencoba memisahkan urusan agama dengan urusan dunia. Agama
tempatnya di masjid, di gereja, di wihara, di sinagog, jangan masuk ke
urusan politik, ekonomi dan lain sebagainya. Agama urusan pribadi,
jangan libatkan dalam aktifitas sosial. Begitu kata mereka... Tapi islam
tidak begitu, islam adalah agama yang besar, agama yang sempurna, agama
yang mengatur dari hal kecil sampai hal yang besar. Mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali. Mulai dari urusan makan sampai urusan
kenegaraan.
Agama lain bangkit karena meninggalkan agama mereka,
sedangkan islam mundur karena meninggalkan agama mereka. Agama lain
bangkit karena meninggalkan agama mereka, karena ajaran ajaran mereka
banyak yang bertentangan dengan fakta fakta ilmiah kehidupan, sehingga
bila terus diikuti doktrin tersebut hanya akan menyesatkan dan
memundurkan manusia. Sedangkan islam selalu sejalan dengan fakta-fakta
ilmiah kehidupan, sehingga akan membuat maju peradaban apabila
diterapkan secara benar dan sempurna, akan menghancurkan peradaban jika
ditinggalkan begitu saja.
Islam mengatur semua sisi kehidupan,
islam memberikan kewajiban dakwah kepada setiap pemeluknya. Islam
mengajarkan bahwa setiap kita adalah da'i, sebelum menjadi apapun. Kita
adalah dokter yang juga dai dan dai yang memiliki keahlian dalam
kedokteran. Kita adalah ekonom yang mengamalkan nilai islam dan penyiar
islam yang ahli dalam ekonomi. kita adalah politikus yang memiliki
kebijakan bernilai islam dan kita juga adalah seorang muslim yang juga
ahli dalam perpolitikan. Siapapun kita, apapun kita, dimanapun kita,
islam selalu menjadi dasar kehidupan kita dan tujuan kita.
Pernyataan ketiga yang mengatakan bahwa semua agama sama, sama-sama
mengajarkan kebaikan, Tuhannya sama hanya cara menujunya saja yang
berbeda, ini adalah ayat sakti dari para penyiar aliran pluralisme.
Benarkah demikian?
Betul namanya "Tuhan", tapi esensi tuhan dari
tiap agama itu berbeda. Pernyataan tersebut sama saja menyatakan semua
mobil sama, sama sama kendaraan beroda empat. Tapi esensi tiap mobil kan
berbeda, ada bus, ada mini bus, ada carry, ada mobil sport, ada mobil
merci. Apakah mau disamakan mobil sport dengan mobil carry? Tentu tidak
mungkin kan?
Begitupun dengan "Tuhan", bagaimana bisa menyamakan
antara tuhan Islam yang satu, kemudian disamakan dengan Tuhan nasrani
yang Tiga tapi satu? Bagaimana mungkin disamakan Tuhan Islam yang
memiliki nama Allah dan nama mulia lainnya disamakan dengan Tuhan yahudi
yang orang yahudi sendiri bingung akan nama Tuhannya? (Skrip nama tuhan
yahudi dalam bahas ibrani hanya terdiri dari 4 konsonan huruf "YHWH"
tanpa huruf vokal. mereka dilarang menyebut secara sembarangan nama
Tuhan mereka, sehingga nama Tuhan mereka sampai sekarang adalah misteri
yang belum terpecahkan). Apakah sama Allah dengan Tuhan hindu dan budha
yang banyak, yang dilahirkan, dan berjenis kelamin? Tentu tidak bukan?
Kemudian mereka yang mengatakan semua agama baik, memangnya sudah berapa
agama yang sudah dipelajarinya sehingga menyimpulkan semua agama baik?
Sedangkan jumlah agama ribuan bahkan jutaan yang tersebar di seluruh
dunia???
Bagaimana dengan agama yang menjadikan manusa sebagai tumbal
kepada Tuhannya? Apakah ini baik? Bagaimana agama syiah yang menganiaya
dirinya sendiri dan anak anaknya yang tak berdosa dalam hari
perayaannya? Apakah ini baik? Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.
Yang terakhir, adalah pernyataan yang sering didengung - dengungkan
oleh mereka yang labil dari kaum relativisme. Mereka mengatakan bahwa
kebenaran itu relatif, tidak ada yang mutlak, apa yang menurut kita
benar belum tentu benar menurut orang lain, atau sebaliknya. Sebab itu,
jangan paksakan orang lain untuk menerima apa yang diyakini itu benar,
karena boleh jadi itu salah.
Begitulah ucapan manis yang terasa indah
didengar, sehingga tak jarang kita temui beberapa artis di televisi
terpedaya dan ikut mensyiarkan pemikiran ini, dengan mengatakkan "Ya
kita gak bisa mengatakkan ini salah itu benar, karena boleh jadi
menurutnya benar, ya kita hargai saja", begitu kata kebanyakan mereka
ketika mengomentari tentang perzinahan, pornografi, pelaku narkoba dan
berbagai kemaksiatan yang jelas-jelas suatu keburukan.
Ekstrimnya
lagi para relativian ini mengatakan, " Boleh jadi perzinahan, homo
seksual dan transgender yang sekarang dianggap buruk dan aib, namun
beberapa tahun kemudian sah dan diperbolehkan, karena kebenaran dan
kebaikan itu kan konsensus dan relatif, jadi kalau nanti semua orang
setuju, maka itu akan lumrah dan biasa saja". Menyeramkan...
Dalam sebuah kesempatan ceramah, Ust adian husaini menanggapi ucapan
mereka seperti ini, "Jika kebenaran itu relatif, maka apa yang dikatakan
oleh kaum relativisme juga relatif, jadi pendapat mereka juga gak
mutlak dong, jadi jangan paksakan kepada orang lainnya...", "Jika
kebenaran relatif, dan boleh jadi salah, maka tadinya saya berfikir kamu
itu cerdas, pintar, dan waras, tapi karena kamu bilang kebenaran itu
relatif dan bisa salah, boleh jadi juga berarti fikiran saya yang bilang
kamu cerdas, pintar dan waras jg relatif dan bisa salah dong ya?
Berarti kamu bodoh, idiot dan gila? Begitu ya?" Ceritanya sambil tertawa
kecil.
Kebenaran itu mutlak, dan setiap kehidupan memiliki
aturan yang mengikat. Jangankan hidup berdampingan dengan manusia yang
berakal, hidup di hutan rimba saja kita harus mengakui keberadaan hukum
alam rimba, apakah anda masih bersikukuh bahwa hewan-hewan di hutan
rimba itu baik dan bersahabat? Kemudian tidur bersama dan makan bersama
dengan mereka? Jika iya, maka anda sudah gila.
Apalagi dalam
beragama, khususnya Islam, terdapat kebenaran mutlaq di dalamnya. Aturan
aturan yang mengikat di dalamnya. Syarat dan ketentuan dalam
menjalankannya. Tidak bisa ketika kita menjadi seorng muslim, kita
mengatakan islam belum tentu benar, boleh jadi agama lain lebih benar.
Ketika mengatakan sebagai muslim, maka kita harus yakini, bahwa agama
islam adalah agama satu-satunya yang benar, yang dapat menghantarkan
kita kepada kebahagian hakiki dunia dan akhirat, kita meyakini bahwa
islam adalah agama yang sempurna, dengan segala aturan-aturannya, islam
adalah agama yang ilmiah, dengan segala fakta-fakta ilmiah tersebar di
dunia. Yakin bahwa Allah adalah satu satunya Ilah yang berhak disembah,
muhammad rasulullah, Alquran kalamullah dan pedoman kehidupan, dan hal
hal lainnya yang mengikat kita sebagai seorang muslim. Tak ada
sedikitpun keraguan akan kebenaran yang ada di dalamnya. Begitulah
seharusnya sikap seorang muslim sejati, tidak galau dan labil yang mana
yang baik dan buruk, yang mana yang benar dan salah. Karena semua sudah
diatur dengan jelas di dalam Alquran, Hadits rasul, dan ijma' para
'ulama.
Semoga kita dapat Menjaga diri kita, keluarga dan
saudara-saudara kita dari satanic worldview yang menyesatkan dan membuat
kita paham tentang bagaimana islamic woldview mengatur kehidupan
kita..aamiin...
Wallahu a'lam
Oleh : Ade zuniarsa putra | @dhezun | Markaz Inspirasi